Foto: Ocep Purek |
"Riak-riak kebudayaan yang memperjelas identitas kebangsaan kita adalah tugas bersama, terutama bagi mahasiswa, akademisi, dan masyarakat luas. Cagar budaya adalah bagian dari proses panjang dalam kehidupan kita, dan kita perlu merindukan warisan tak benda zaman milenial yang akan dihargai satu abad kemudian," ungkap Linus Lusi.
Dalam konteks kekinian, Linus Lusi menegaskan perlunya periodesasi untuk meningkatkan kekayaan budaya dan mencegah kepunahan dalam beberapa tahun ke depan. Ia menyatakan bahwa para mahasiswa dan akademisi memiliki peran strategis sebagai agen perubahan positif dalam memajukan kebudayaan NTT.
"Mahasiswa dan para akademisi harus memiliki pengaruh positif terhadap kebudayaan, sebagai upaya memperkuat ketahanan bangsa dan negara. Penelitian, kajian, dan dukungan terhadap pembangunan berbasis budaya harus menjadi bagian dari kontribusi kita," tegas Linus Lusi.
Dengan edukasi ini, Linus Lusi berharap bahwa pengetahuan budaya dapat menjadi landasan kuat dalam menghadapi tantangan pembangunan, termasuk penggusuran dan pemusnahan cagar budaya. "Visi pembangunan berbasis budaya akan tercapai jika kita memiliki pijakan budaya yang terarah," tambah Linus Lusi.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya memahami dan melestarikan nilai-nilai budaya dalam setiap aspek kehidupan.
Ocep Purek