Tarsisius A. Galung |
Sebagai negara demokrasi, pelaksanaan pemilihan umum salah satu syarat penting bagi terciptanya sebuah negara yang demokratis. Menurut David Bentham dan Kevin Boyle yang mengatakan bahwa, Pemilihan umum (Pemilu) menunjukkan bahwa kekuasaan politik berasal dari rakyat dan dipercayakan demi kepentingan rakyat, dan bahwa kepada rakyatlah para pejabat bertanggungjawab atas tindakan-tindakannya. (Satrio Sakti Darmawan, 2018, p. 1).
Komunikasi Politik
Ada banyak partai politik yang akan berlaga dalam pemilu serentak 2024 nanti, ini adalah konsekuensi logis dari berlakunya sistem multipartai di Indonesia. hari ini berbagai partai politik maupun sang calon sudah mulai manuver sana sini dan tentunya mengeluarkan jurus-jurus marketing politiknya untuk menggaet masa rakyat agar terpilih saat konstelasi nanti. Strategi komunikasi dalam politik merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah partai politik dalam memenangkan pemilu. kampanye politik adalah bentuk aplikasi komunikasi politik yang dilakukan seseorang, sekelompok orang atau organisasi politik untuk membentuk dan membina citra dan opini publik yang positif, agar terpilih dalam suatu pemilihan pemilu, pemilukada dan pilpres.
Beberapa bentuk atau jenis seni dan bentuk aplikasi (penerapan) komunikasi politik yang sudah lama dikenal dan dilakukan oleh para politikus atau aktivis politik, antara lain retorika politik, agitasi politik, propaganda politik, lobi politik, dan tindakan politik yang dapat dilakukan dalam kegiatan politik yang terorganisasi seperti: public relation post politic, pemasaran politik dan kampanye politik. penggunaan strategis market politik juga dengan berbagai cara dilakukan, mulai memasang bahilo dimana, belusukan sana sini dan yang paling buming hari ini adalah penjualan ide visi misi melalui media masa (online) serta seluruh aktivitas politik di sebar luaskan lewat media masa ini.
Strategi Mempengaruhi Rakyat dengan Media Sosial
Perkembangan teknologi hari ini tidak bisa terelakan lagi. Seluruh lapisan masyarakat saat ini adalah pengguna internet aktif. Maka tidak bisa dipungki bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan pengguna internet terbanyak seiring pertumbuhan penduduk makin melejit. Penyebaran informasi menggunakan internet menurut hemat saya sangat evektif dalam konteks efisiensi waktu, banyaknya orang yang akan mengakses dan tentunya biayanya murah. Pun dengan penggunaan media online dalam strategis memenangi sebuah kontelasi pemilu.
Penggunaan media online saat ini, mendekati waktu bergulirnya pemilihan umum tentunya kita bisa lihat sama-sama begitu maraknya para figur kontestasi pemilu mendatang menyebarkan pamflet berisi ide dan visi misi saat menjabat nanti, potret-potret aktivitas politik berjargon menjeput aspirasi masyarakat kecil tersebar luas di berbagai platfom, di Facebook, Instagram, Twitter dan platfom-platfom lainnya. Ini menujukan tingkat penggunaan media masa dalam komunikasi politik semakin meningkat, tentunya ini juga bisa kita lihat sebagai tantangan saat penggunaan media online sudah tidak sesuai dalam menyampaikan maksud politik itu sendiri.
Berbicara mengenai penjualan ide dan gagasan politik di dalam media online, tidak terlepas juga bagaimana adanya penguliran berbagai isu-isu dalam memenangkan kontelasi maupun menjatuhkan rival. penelitian Juniarti dkk (2019) menunjukkan masyarakat bisa dipengaruhi media sosial bisa terjadi perselisihan antara parah pemilih. Dengan hadirnya akun akun palsu yang ada di facebook, instagram dan lainnya, memberikan pengaruh yang besar terhadap pilihan pilihan setiap masyarakat. Kehadiran akun akun palsu seperti ini secara tak langsung bisa mempengarui pikiran setiap individu yang berada dalam ranah virtual dan juga ini bisa menjadi sebuah ancaman atau bentuk polarisasi terhadap keharmonisan kehidupan bersosial dalam ruang demokrasi.
Pemilu merupakan fase 5 tahunan dimana kita ini akan menentukan kemana arah bangsa ini kedepannya. Tahun 2024 negara Indonesia akan melaksanakan pemilihan umum serentak, ruang ruang publik hari ini sedang gencar dengan isu isu terkait dengan politik. Tentu harapan kita tetap pada cita cita bangsa yaitu masyarakat yang adil dan makmur, dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. dalam momentum politik 2024 kita mesti memilih calon pemimpin berdasarkan rekan jejak, serta gagasan-gagasan dari setiap calon yang sudah dibuat/dikerjakan. Dengan begitu kita bisa tau kemana arah bangsa ini kedepannya.
Penulis: Tarsisius Andriano Galung/Mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Unwira Kupang