Ketua TAMISARI Kupang, Fransiskus Alfendi Ance |
Pertemuan dilakukan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi masyarakat terkait keresahan adanya daya paksa untuk menerima proyek geotermal diwilayah adat mereka. Diketahui masyarakat adat poco leok yang diwakili beberapa gendang konsisten menolak perencanaan proyek geotermal diwilayah itu, dengan beberapa alasan yang mendasar terkait kerusakan lingkungan.
Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Pendalaman Iman Keuskupan Ruteng (TAMISARI) Kupang, Fransiskus Alfendi Ance, menyampaikan turut prihatin atas kecemasan yang dialami oleh masyarakat adat poco leok dan mengapresiasi serta mendukung langkah yang diambil JPIC untuk mendampingi masyarakat.
"Kami dari TAMISARI turut prihatin atas kecemasan warga dan akan terus mengikuti perkembangan perihal rencana proyek geotermal yang berada di wilayah poco leok dan wilayah Manggarai lainya." Kata Umum Tamisari Kupang.
"Kami tidak mendukung proyek yang dapat mendatangkan kerusakan lingkungan berisiko tinggi dan tidak memberi dampak besar bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Kita berkaca dari proyek yang sama, yaitu proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Mataloko, yang sekarang mendatangkan semburan lumpur panas dari bekas pengeboran. Dan belum kelihatan upaya penanganan mengatasi hal itu oleh pemerintah," ujar Engki sapaannya.
"Kami mengharapkan kecemasan masyarakat ini tidak hanya sampai di telinga JPIC, mesti para anggota dewan kabupaten Manggarai turut hadir ditengah-tengah masyarakat poco leok untuk mendengarkan aspirasi mereka dan memperjuangkannya," tegasnya.
TAMISARI/Ocep Purek